Satu hari, A berdoa, "Tuhan, aku ingin lulus kuliah, karena dengan begitu aku bisa dapet kerjaan.."
Beberapa tahun kemudian, mendekati kelulusan, "Tuhan, aku ingin bisa dapet cum laude, biar bisa gampang ngelamar kerja."
Setelah lulus dan mendapat cum laude, "Tuhan, aku mau dapet kerjaan yang gajinya gede, biar bisa beli apa aja yang kumau."
Setelah dapet kerjaan yang gajinya gede, "Tuhan, aku mau bisa diterima oleh lingkungan kerja... kok rasanya ga nyaman banget yah... padahal gajinya gede, masa mesti keluar cari kerjaan laen sii...."
Setelah beberapa masa, A mulai diterima lingkungan kerjanya, "Tuhan, aku mau jadi atasan dong.. kan enak punya bawahan, gajinya juga lebih gede... dann jadi aku bisa punya kendaraan pribadi. Jadi hemat ongkos..."
Setelah menjadi atasan dan bisa membeli kendaraan motor seadanya, "Tuhan, naik motor cape.... aku mohon supaya aku bisa beli mobil... jadi ga pegel dan ga kena knalpot..."
Setelah bisa beli mobil, "Tuhan, mobilnya ga nyaman banget, kursinya ga empuk, nge-gasnya juga berat... aku pengen bisa beli mobil mahal, e-class gitu... kata banyak teman-teman kerjaku, enak tuh"
Setelah bisa beli mobil mahal dan nyaman, "Tuhan, ternyata pegel juga yah nyetir sendiri, pengen deh naik jabatan lagi, siapa tau bisa ngegaji supir juga..." terus dan terus dan terus... berkutat dengan materi, hasrat, nafsu, dan konco-konconya.
Aku pun sebagai manusia kadang juga meminta... seperti, "Tuhan, aku pengen banget mataku sembuh, biar ga perlu pake kacamata tebel lagi.." atau "Tuhan, aku pengen bisa dapat kerjaan setelah lulus.." Rasanya memang wajar sebagai manusia, tapi kok rasanya ga enak hati... mintaaaaaaa.... terus Karena kadang, apa yang kita ga minta, dikasih... Kebayang kalau kita ga punya kasur untuk tidur, ga punya baju ganti untuk esok hari, ga punya uang untuk beli makan, ga punya paru-paru yang sehat untuk bernapas, berapa banyak permintaan yang keluar dari mulut kita...?? bisa dower deh minta mulu...
Mungkin aku cuma pengen intro-speksi, melihat ke diri, dan pengen juga ngajak teman semua buat melihat ke diri sendiri. Seberapa banyak yang sudah kita lakukan untukNya, dan seikhlas apa, dibandingkan dengan seberapa banyak yang sudah kita mintakan kepadaNya, dan semaksa apa. Iya, semaksa, seperti "Tuhan, kok sampai sekarang saya masih ga punya anak? temen-temen yang sudah nikah, cepet kok punya anak.", "Tuhan, kok aku ga dapet-dapet kerjaan yah? padahal aku ga lebih bego dari temenku yang uda dapet kerja.", atau "Tuhan, kenapa di saat aku kesulitan, kok ga ada sama sekali petunjuk atau bantuan dariMu?" dan masih banyak lagi.
Aku pernah dapat pengajaran kira-kira seperti ini... :
Saat itu, ada badai hebat yang menyerang desa. Seorang guru ngaji lari ke daratan yang paling tinggi, sampai rumah-rumah sekelilingnya telah terendam banjir. Ketika itu, si guru berdoa, "Tuhan tolong selamatkan nyawaku.." Semakin lama, ketinggian air terus meningkat. Daratan yang bisa dipijak si guru juga semakin sempit. Lalu tiba-tiba ada penduduk yang memiliki perahu karet. Ia mendekati si guru, "Pak Ustadz, ayo naik.." Lalu ia bilang, "Tidak, aku sedang menunggu pertolongan dari Tuhanku." Akhirnya si penduduk itu meninggalkan guru itu.
Doa diucapkan lagi, "Tuhan... airnya sudah semakin tinggi... tolong selamatkan aku... " Tiba-tiba ada suara helikopter. Ternyata SAR. Petugas SAR mendekat dan meminta si guru untuk naik. Tapi si guru menolak mentah-mentah, bahkan tidak mau dipaksa oleh si petugas SAR. Maka, petugas SAR pun berlalu untuk menyelamatkan orang-orang lain yang masih bisa terselamatkan.
Si guru berdoa lagi, "Tuhan... tolong aku.... kakiku sudah menyentuh air... dan gelombangnya juga semakin kencang..." Lalu ada sebalok kayu pohon yang terombang-ambing mendekati si guru. Walau si guru bisa menggunakannya untuk mengambang dengan kayu itu, ia tetap tidak mau menjangkaunya. Ia tetap diam di tanah yang ia injak.
Si guru benar-benar kecewa, "Tuhaannnnnnnn.... kenapa Engkau tega... dengan segitu banyak ibadah yang aku lakukan... kenapa Engkau tidak menolongku... air sudah mencapai pinggangku Tuhan... aku tidak mau mati.." dan Tuhan menjawab, "Aku sudah memberimu bermacam pertolongan, Aku mendengar doamu, tapi semua jawabanKu tidak kauhargai..."
Hmf... rasanya banyak sekali permintaan yang terucap, sampe-sampe terasa sungkan, karena semua yang kita butuh, yang kita akan minta, sudah diketahui duluan, namanya juga Maha Tahu... karena itu, seringkali rasanya cukup dengan berdoa,
Tuhan, maafkan atas segala kemanusiaanku.. (karena yang membuat kita berbuat salah, kemanusiaan kita.
Mohon berikan hamba petunjukMu dan berikan hamba pengertian untuk memahami petunjukMu.. (karena tanpa ada pengertian, mau dikasi petunjuk berapa kali, juga kaga bakalan ngerti-ngerti..)
Berikan hamba kekuatan atas segala cobaan dan masalah yang terjadi.. (karena setiap orang pasti dicoba, jadi percuma minta "Tuhan, hindarkan hamba dari cobaan", setiap orang pasti punya masalah.. jadi lebih baik dikuatkan aja deh, hehehe)
Amin
Dan bahkan segala yang kita butuhkan sudah terucap saat shalat... Seperti halnya sikat gigi, kebanyakan dari kita menyikat gigi hanya agar gigi harum dan terasa bersih, seperti mandi. Tapi kalau saja kita sikat gigi secara menyeluruh, sampai mengenai gusi, mulut bagian dalam, dan disikat dengan arah yang benar, bukan saja harum, tapi bener-bener bersih, dan sehat, tahan terhadap kuman penyakit. Pokoknya jadi top markotop! Shalat juga begitu, rasanya akan beda kalau dilakukan sepenuh hati. Begitu bukan.. bukan begitu?? walau kadang aku juga susah banget belajar untuk sepenuh hati.. balik lagi, karena kemanusiaan / human being.
Yah.. aku juga bukan manusia yang sempurna, jauhhhhh banget dari sempurna. Tapi mengutip dari kata seorang Ustadz, "Give Him the best that you can, and He will give you the best that He can" indah banget yah... maka semua yang kita punya rasanya ga ada artinya lagi selain ridhoNya. That will be enough. It will be always enough. It'd be never felt that it never been enough...
nyok shalat bentar...