Bicara tentang beasiswa S2 ke luar negeri, mengingatkan saya ke 2 orang yang menarik. Kebanyakan mahasiswa atau bahkan pelajar biasa, baik yang basic-nya research maupun siswa yang penting waktu lulus bisa dapat kerja dan bisa cari duit, berminat untuk bisa mendapat beasiswa S2 ke luar negeri, termasuk yang nulis . Terlepas dari tujuan utamanya, entah belajar ke pusat ilmu pengetahuan semacam Eropa atau tempat businessman yang bergengsi dan sukses semacam Amerika, ataupun jalan-jalan, karena dengan belajar ke luar negeri berarti membuka mata terhadap tempat dan budaya baru, sehingga secara ga langsung memperkaya diri.
Kembali ke 2 orang itu, 1 dari jurusan sastra, dan satu dari jurusan science, (dirahasiakan). Dua-duanya berasal dari ilmu pengetahuan yang berharga. Sastra malah bisa dibilang sumber dari ilmu pengetahuan, bukan sekadar budaya (seorang guru SMA pernah menjelaskannya).
Profil pertama, si sastrawan yang mendapat beasiswa 2 kali ke Jerman, "banyak orang yang bilang, wah hebat lo bisa ke Jerman, dapet beasiswa lagi. padahal ga seindah itu.." Cerita dari keinginannya belajar budaya dan bahasa Jerman, berujung ke keadaan bagaimana dia harus mengusahakan segala detil yang dituntut sempurna, seperti pengucapan, dialek, pemahaman, pemilihan kata, sampai banyak hal membuat kemuakan dalam dirinya, hasrat belajar menguap banyak dari dirinya. Namun, rasanya sudah terlanjur basah untuk melangkah ke hal lain. Dan jadinya, keputusasaan.
Profil kedua, si ilmuwan yang mendapat beasiswa ke negara di Eropa. Si tokoh ini benar-benar mengejutkan karena ga dinyana kalau ia mau menceritakan hal yang tidak ditanyakan, tapi untuk pembelajaran saya sendiri. Saat kita bicara ketertarikan saya untuk bisa berbeasiswa S2 ke Eropa, ia menceritakan bagaimana di saat ia menuntut ilmu, ternyata ia harus kehilangan hal yang sangat berharga untuknya, ibu. Kehilangan yang terjadi di depan mata saja sudah berat, apalagi di tempat yang jauh yang untuk sementara tidak dapat dijangkau. Karena itu pilihannya, pulang dengan beberapa resiko, atau terus menuntut ilmu dengan hati yang hancur. Menangis tidak bisa, menikmati impiannya juga tidak bisa.
Dari 2 cerita itu saja, sempat membuka mata saya apakah sebegitu berharganya kesenangan semacam itu yang bahkan belum bisa dilihat kemungkinan setelah itu. Kekayaan akan ilmu toh tidak hanya dari bangku kuliah. Kesenangan akan adventure toh juga tidak hanya dari penerbangan dan visa gratis ke berbagai negara, dengan makna bahwa saya ga punya uang apa-apa selain beasiswa, sedangkan keluarga di ujung sana bisa jadi kelaparan.
Jadi... kalau ditanya sekarang, walaupun diberikan gratis tanpa harus ada usaha besar, saya perlu berpikir lama lagi dan bahkan mengatakan, cukup deh. Cerita dari tokoh kedua cukup menjadi tamparan yang berharga. Salut untuk kesediaannya. Semua jatuh pada pilihan pribadi masing-masing. Perlu ada alasan yang setara berharganya untuk diperbandingkan atas semua yang ada di depan mata... well, itu untuk saya pribadi
Monday, August 24, 2009
Belajar di Negeri Jauh
Saturday, June 20, 2009
Words of "Happy Birthday"
Sebenernya pengen nulis ini uda lama, mungkin hari ini waktunya tepat untuk di-publish dari gw kecil, gw merasa ada yang aneh, kenapa setiap orang harus ucap terima kasih, maaf, ataupun selamat. It takes me so long to learn how to say those things. Termasuk selamat ulang tahun. Dan semakin lama gw akhirnya tau bahwa dengan mengucap terima kasih berarti menghargai, maaf berarti mengakui kesalahan, dan selamat berarti turut bahagia atas sesuatu.
Dan sekarang pertanyaannya, kenapa hari ulang tahun? dan gw belajar memahami bahwa saat itu seseorang menapak hidupnya di bumi. Sesuatu yang berarti? pastinya.
Pertanyaan selanjutnya, ada sesuatu yang unik, kenapa ada perbedaan makna di antara laki-laki dan perempuan? Lelaki menganggap ucapan selamat ulang tahun ga bermakna apa-apa, atau bahkan dilupakan juga ga berpengaruh apa-apa. Tapi bagi perempuan kebanyakan, itu jadi sesuatu yang menyedihkan. Apa yang membuat itu menjadi penting? Bahkan bagi kebanyakan perempuan, ucapan di saat jam 12 teng jadi ucapan yang begitu berharga. Kalau ditanya kenapa, karena berarti ulang tahunnya begitu diingat oleh orang pertama yang mengucap itu, siapapun orang itu, pastinya ada rasa terima kasih dan senang yang lebih daripada biasanya.
Apa itu karena perempuan cenderung menggunakan emosinya untuk menanggapi sesuatu sehingga hal itu menjadi penting? Is that because those words means care and attention. Well, it's a public secret that women (including girls) like to be cared, loved, and wanted. ya bukan hanya oleh pasangan, tapi juga teman, sahabat, keluarga, dan kerabat lain.. istilahnya, perannya menjadi berarti, baik sebagai teman, anak, istri, saudara.
Dan mungkin karena laki-laki cenderung menggunakan logikanya untuk menanggapi sesuatu sehingga hal itu menjadi hal biasa? Well, those just a sentence.
Yah.. yang pasti, Happy Birthday is not a noun, but a wish; I wish you a happy birthday, means you can have happy day when you celebrate the time you were born, and that's how I can know you as a person now and later
Dedicate a song for myself, one that I was hardly looking but it was accidentally given to me. Happy happy happy!
Fayray - Hikari
P.S.: (Susah bener cari liriknya)
Sunday, May 10, 2009
Aku Ingin Tidur
Song of The Day: Theresa Teng - The Moon Represents My Heart
1 tahun... 1 bulan... 1 minggu...
1 hari... 1 malam...
1 jam... 1 menit... 1 detik...
Rasanya sudah tidak sama lagi seperti anak kecil
Cuma sekadar ingin minum es krim,
rasa sakit demam tidak perlu lama karena hasrat itu
Tidak sulit seorang dewasa melemahkan ego melihat si anak
Waktu sudah semakin berbeda
Kesukaan akan es krim hanya sepercik dari sebuah keinginan
Malaikat pun tidak bisa membantu
Dan bukan lagi demam yang didera, namun lebih melemahkan...
Membutakan... Melumpuhkan... Menuakan...
Dan menyerah...
Menyembuhkan tidak bisa,
mengetahui tidak bisa,
mengabulkan tidak bisa,
tidak menginginkan tidak bisa,
kecuali Dia menginginkan hal yang sama.
Lalu kenapa harus teguh memaksaNya.
Ada masanya... Dimana deraan itu tidak bisa digambarkan
Dan tidak bisa disadari
Tapi ketika disadari, seakan mati rasa...
dan sepertinya cuma bisa sembuh dengan tidur
Terus.. Terus.. Terus..
Selamanya? Sebenarnya
Sebenarnya.. Aku ingin tidur.